Senin, 25 Februari 2008

Namaku Palupi

Nama lengkapku Palupi Anggraeni.
Bagaimana menurut kalian? Baguskah namaku?
Ada beberapa orang yang bilang namaku unik.
Ada juga yang bilang namaku nggak pasaran.
Tapi lebih banyak yang mengolok-olokku dengan memanfaatkan namaku ini.
Beginilah ceritanya…

Ketika SD, teman-temanku paling sering memanggilku dengan sebutan Palu, atau Upil.
Sungguh menyebalkan! Guru olahragaku pun, tak kalah isengnya, memanggilku dengan sebutan Pelupa. Kendati menyebalkan dan sering membuatku marah, tak ada yang bisa kulakukan. Kadang-kadang temanku kubalas dengan merubah namanya juga menjadi julukan yang lain yang jelek. Misalnya, temanku bernama Wawan kupanggil jadi Bakwan. Temanku Riska kupanggil jadi Iris-iris. Temanku Melani kupanggil jadi Comel. Tapi, sepertinya nggak ada nama lain yang kalau diledekin jadi sejelek namaku.

Sampai-sampai, suatu hari ketika masih SD, aku mengajukan protes kepada ibuku.
”Kenapa sih Bu aku dikasih nama Palupi? Jelek banget!”
”Lho? Memangnya kenapa dengan namamu?”
”Semua temanku ngejekin aku, gara-gara nama itu”
”Dipanggil Upil, Palu, belum lagi Pelupa”
”Kok bisa-bisanya aku dikasih nama jelek begitu?”

Dan Ibu pun tidak memberikan jawaban yang memuaskan.
”Nama kamu itu bagus kok. Ada artinya. Tapi artinya apa, ibu lupa”.
”Yang ngasih nama kamu itu tuh kakek”

Aku pun tidak mau terima begitu saja jawaban dari ibu.
”Tapi apa nggak mikir sih, kalau anak dikasih nama Palupi, banyak banget ejekan yang bisa dibikin. Kan kasian”
Ibu memandangku, terdiam sejenak, dan berkata.
”Iya juga ya...Waaah, dulu sih ibu nggak kepikiran begitu ya”
”Waktu kakek ngasih nama itu, ibu pikir kedengarannya bagus, jadi ibu iyakan saja”

Aku tambah marah mendengar jawaban Ibu. Bahkan, dulu aku merasa namaku adalah nama terjelek seantero jagat raya. Tapi aku pun tahu, aku tak berdaya merubah namaku.

Sekian lama berselang, semakin banyak orang yang kukenal. Dan ejekan atas namaku pun makin lama makin menghilang. Lebih banyak justru yang memuji namaku. Biasanya justru pujian-pujian ini datang dari orang-orang bule. Bahkan, seorang CEO, bosku ketika masih di perusahaan yang dulu - saking terkagum-kagumnya begitu tahu bahwa nama Palupi itu memiliki arti yang bagus - berniat menggunakan nama itu untuk anak anjing miliknya yang akan segera lahir. Well, mungkin sekilas itu lebih tepat sebagai hinaan bagi namaku. Tapi aku punya pendapat berbeda. Soalnya, CEO-ku itu memang tidak memiliki anak, dan anjing peliharaannya baginya sudah seperti anak kandungnya sendiri. So, aku sendiri nggak mau ambil pusing apakah itu merupakan sanjungan atau hinaan atas namaku.

Namaku Palupi, apa kalian tahu artinya? Dalam bahasa Sansekerta Palupi berarti teladan.

Setelah mengetahui arti namaku, aku jadi berubah pikiran. Menurutku, nama itu terlalu bagus, dan sama sekali tidak pantas diberikan padaku. Bagaimana tidak, hal yang pantas diteladani dari diriku menurutku hanyalah kedisiplinanku untuk tidur tepat waktu dan tidur cukup. Setiap hari, minimal aku harus tidur selama 7 jam, dan tak boleh kurang. Maksimal? Di waktu weekend, aku bisa tidur dari malam hari hingga sore keesokan harunya. Itulah bentuk disiplinku atas waktu tidur.

Sebagian teman memandang berbeda atas kedisiplinanku itu, mereka malah memanggilku kebo alias tukang molor. Sebagian lain yang cukup baik hati memanggilku dengan sebutan Sleeping Beauty.

Selain kedisiplinan atas waktu tidur itu, entahlah...kurasa tak ada hal lain yang bisa diteladani. Tapi memang Palupi adalah namaku.